Aku punya teman, panggil saja Beliau dengan
nama Bang Jekpot, beliau seorang Bipolar yang dimana pernah berhenti obat,
karena biaya dan malas mengurusnya. Awalnya baik-baik saja dan berjalan sekitar
beberapa bulan, malahan bang jekpot banyak aktivitas di sebuah organisasi
kampus yang sedang beliau laksanakan.
Awalnya sih mania banget, apapun beliau
ambil dan gak sadar bahwa kondisi lagi mania. Kira-kira mai 2013 beliau drop
begitu saja dan alhamdulillahnya UAS telah dilakukan. Syukur ya, UAS telah
diselesaikan, tapi sayang masa libur harus mengurung diri di kamar, karena
depresi. Beginilah orang depresi, maunya Cuma mengurung diri dan bersedih.
Eits, udah begitu si Abang belum isaf juga,
malah di akhir tahun 2013 beliau berhenti lagi minum obat. Iya, Cuma sebulan tapi fatal akibatnya, karena beliau tidak
mengikuti UAS sama sekali. Hhhmmm … kebayangkan apa yang terjadi, amburadullah
beliau dikampus dan Alhamdulillahnya ada salah satu dosen yang care. Beliau berkujung
ke rumah si Abang dan menanyakan apa yang terjadi sampai hal penting tidak di
laksanakan.
Miriskan teman saat orang yang kita sayang
/ orang yang kita kenal mengalami Bipolar, dan tidak ada obat yang membantunya.
Hidup seolah bagaikan akan mati esok
sebab gairah hidup menurun bagi depresi dan biasanya memikirkan niat untuk
mengakiri hidup. Miris, tapi banyak orang yang tidak paham dengan apa yang
terjadi pada kami dan mereka Cuma bisa menceramahi dengan berfikiran positif /
kurang iman.
Lanjut ya kecerita bang jekpot yang dimana
beliau lupa lagi untuk membeli obat dan rasa bosan karena harus konsumsi obat
setiap hari. Kembali lah kejadian beberapa tahun lalu terulang yang dimana pada
tahun 2016 beliau tidak konsumsi obat yang berakibat DO dan putus dengan orang
yang dia sayang. Aduh, ini sangat menyakitkan bagi kami, apalagi yang mengaalami
itu adalah seorang bipolar. Hancur sehancur-hancurnya, tapi ini realita dan
harus dijalani.