Jangan Mengeluh Ya! Ayo Semangat!


Selamat pagi, selamat siang, selamat sore dan selamat malam buat kalian yang membacanya dengan penuh suka cita. Kali ini Aku ingin bahas tentang jangan suka terlalu mengeluh atas sakit ini, syukuri dan jadikan semua ini jadi sahabat terbaik bagimu.

Banyak teman-temanku yang suka mengeluh (dulu awal-awal terkena bipolar juga caper kok), dan meminta perhatian lebih agar selalu setia untuk memperhatikannya. Di awal aku fine aja, tapi unjung-ujungnya jadi enek dan jenuh dan membuat dia sebagai sebelah mata bagiku. Maaf jangan tiru ya, mungkin mereka begitu karena gak dapat perhatian lebih dari keluarga.

Bersyukurlah kita yang masih ada dan peduli bahwa kita membutuhkan perhatian khusus, atau cargiver. Jangan pernah sungkan untuk cerita apa saja dengan cargiver, biar mereka paham bahwa kita membutuhkan apa dan bagaimana merealisasikannya. Aku punya Ibu Dewi yang sekarang jadi caregiver, dimana beliau selalu memberi perhatian lebih tapi sesuai dengan kondisiku.

Buat kalian yang gak punya caregiver bisa kok cerita di grup gangguan jiwa yang berseliweran d fb, wa, dll, tapi jangan lebay ya. Mau cari perhatian tapi bilang aku mau mati, aku capek idup dll yang membuat anggota lain ketrigger. Please stop kata-kata demikian, soalnya kasian yang lain, karena ini mereka down lagi. Tau kok bahwa semua ini berat tapi kudu di jalani bro, sis… bahwa ini proises yang ada.

Makasih buat semua yang selalu berjuang untuk sembuh, yakin ini proses yang akan dilakukan demi rasa stabil yang kita miliki. Aku sayang kalian, tetap semangat, salam sehat jiwa.

Beda Psikolog dan Psikiater


Selamat hari jum’at para sahabat sekalian, bagaimana kondisinya pada hari ini?, semoga lancer-lancar aja, dan selalu dalam lindungan Tuhan. Kali ini Aku ingin berbagi atas pertemuanku dengan Om Zera yang natabennya seorang psikologku, gini ceritanya.

Pada tanggal 2 oktober kemarin adalah jam konsulku, kalau saat konsul, biasanya kita sering berdiskusi tentang masalah kejiwaanku. Beliau tau banget bahwa pasiennya yang satu ini hobby dengan diskusi, dan alhamdullilahnya di acc oleh beliau. Senang donk punya om yang paham gimana pasiennya.

Tibalah cerita kita pada 1 titik yang membahas tentang bedanya psikiater dan psikolog, yang dimana kepalaku terbuka, dan mereka punya porsi masing-masing. Awalnya begini, “Om, Fie kemaren tes MMPI sama Dini di Om Rudi.” “  trus gimana hasilnya?” “ sama aja seperti tahun lalu, gak ada yang berubah.”ohhh, ya udah gak papa.” Itulah tanggapan psikologku atas hasil MMPI yang hasilnya sama.

Terlontar dari mulut beliau bahwa MMPI adaloh disini. Ahhh, aku langsung kanget bahwa disini juga ada tes demikian, trus kepala semakin berfikir bahwa hal seperti itu ada, dan terlontar dari mulutku bahwa kenapa tes itu tidak dilakukan disini. Terbukalah semuanya bahwa tes itu mencari dimana sakit kita dan diobati pakai obat apa.

Contoh pada Dini, Om Rudi jadi paham bahwa dia membutuhkan mood stabilizer, dan saat aku dulu ternyata lebih penting obat depresi. Iya, aku kaget naik dosisnya tinggi banget, tapi ini kenyataanya, bahwa aku tipe bipolar tipe2. Makanya Om Zera gak mau bikin tes demikian karena beliau liat aku dengan cara terapi yang beliau ajarkan padaku.

Itulah bedanya, dan beliau mengasih contoh simple apa beda psikiater dan psikilog. Andaikan ofie didalam bola raksasa, om rudi itu nambal bola bagian luar agar fi tetap bisa bertahan didalamnya. Saya akan nambal dari dalam biar ofie tetap bisa stabil kayak orang-orang lainnya. Jujur, waw banget penjelasannya, dan makin sayang sama orang yang selalu support aku selama ini, termasuk Bu Dewi.

Makanya setiap orang yang terkena masalah kejiwaan kadang hanya ke psikiater aja atau kesikilog aja atau dua-duanya. Aku termasuk yang dua-duanya karena aku sangat butuh bantuan dari om Zera untuk mengatasi borderline yang aku derita. Sekarang jelaskan apa fungsi psikolog dan psikiater. Tetap semangat dan tetap yakin untuk sembuh. Salam sehat jiwa, bye guys.